AWAL PENDIRIAN
MAPALA UNAND didirikan pada tanggal 13 Desember 1984 oleh orang-orang yang peduli dengan lingkungan dan kegiatan alam bebas. Kemudian kegiatan MAPALA UNAND vakum selama beberapa tahun, setelah diadakannya Ekspedisi Mentawai pada tahun 1985. Pada tahun 1988 setelah 3 tahun absen dari kegiatannya dan untuk kembali eksis sebagai unit kegiatan mahasiswa maka, MAPALA UNAND kembali membenahi dirinya.
Setelah membenahi kepengurusannya beberapa bulan, MAPALA UNAND mulai memperlihatkan eksistensinya/keberadaannya kembali pada pertengahan 1989, dengan mengikuti sebuah kejuaraan untuk pertama kalinya yaitu Lomba Lintas Pantai III se-Sumatera Tengah, yang diadakan MAPALA Proklamator Universitas Bung Hatta Padang, dan berhasil meraih juara I.
Setelah mulai eksis pada tahun tersebut, MAPALA UNAND mulai mengokohkan diri sebagai salah satu organisasi yang mapan yang ditunjukkan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang bersifat intern maupun ekstern yang melibatkan kelompok atau organisasi pecinta alam lainnya baik di lingkungan Sumatera Barat maupun yang berskala Nasional.
II. KEPENGURUSAN
Kepengurusan MAPALA UNAND terdiri dari :
– Ketua
– Sekretaris
– Bendahara
– Bidang Teknik Operasional yang dibagi lagi menurut spesialisasinya masing-masing
1. TO. Tebing
2. TO. Rimba Gunung (SAR dan ESAR)
3. TO. Olah Raga Air (Arus Deras dan Tenang)
4. TO. Caving
– Bidang Sekretariat
– Bidang Organisasi
– Bidang Humas
– Bidang Rumah Tangga
– Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup
III. KEANGGOTAAN
Setiap mahasiswa Universitas Andalas berhak untuk menjadi anggota MAPALA UNAND. Tentu saja harus melalui beberapa seleksi dan memenuhi syarat-syarat tertentu. Penerimaan anggota baru MAPALA UNAND diadakan secara berkala. Umumnya pada awal semester ganjil pada setiap tahunnya.
MAPALA UNAND juga mempunyai beberapa tahap keanggotaan yang harus diikuti mereka yang telah mendaftarkan diri untuk mencapai tingkat anggota penuh. Tahapan itu meliputi :
-Calon Anggota Muda
-Anggota Muda
-Anggota Tanpa Register
-Anggota Penuh
Diadakannya tahap keanggotaan yang begitu banyak dan begitu ketat, tidak lain untuk mendapatkan dan menjadikan Anggota MAPALA UNAND yang berkualitas baik dalam berkegiatan di alam bebas maupun dalam berorganisasi. Karena status keanggotaan MAPALA UNAND adalah seumur hidup.
Informasi Umum
Nama:
MAPALA FACEBOOK COMMUNITY
Kategori:
Olahraga & Rekreasi - Olahraga Ekstrem
Keterangan:
Ajang informasi mahasiswa pecinta alam pengguna facebook
Jenis Privasi:
Terbuka: Semua isi dapat dibaca umum.
Informasi Kontak
Email:
facebook.mapala@gmail.com
Kantor:
bisa di mana saja..
Lokasi:
bisa di mana saja..
Nyeri sendi atau radang sendi merupakan penyakit yang sangat menjengkelkan terutama bagi mereka yang telah berumur. Selain sulit disembuhkan, penyakit ini juga sangat menganggu aktifitas sehari hari.
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mencegah ternjadinya gangguan pada sendi berikut menjaga kesehatannya.
- Rajin berolah raga minimal 30 menit sehari, 5 hari per minggu.
- Jaga berat badan agar selalu dalam kondisi ideal.
- Hentikan membebani sendi dengan pekerjaan atau aktifitas yang terlalu berat. Istirahatkanlah sendi anda beberapa saat bila memang anda harus memaksanya bekerja keras.
- Kunjungi dokter bila anda merasakan sendi anda mulai bermasalah.
bagaimana cara mengantisipasi apabila tubuh kita merasa dingin, contohnya pada pagi hari pada waktu berangkat kesekolah atau kerja kita merasa kedinginan ,sangat menyebalkan jika hal itu terjadi apa lagi kalo letak tujuannya lumayan jauh.
Well, well, well… ada tips yang cukup aneh tapi berguna dan sederhana untuk mengatasi masalah ini,
Jadi gini: tubuh kita bersuhu rendah, otomatis tubuh kita dingin dan kedinginan (ya iyalah…)
pada dasarnya tubuh manusia bersuhu standar 35 s/d 36 derajat celsius, kebanyakan orang jika ingin mengantisipasi mereka berfikir untuk mengedarkan suhu hangat pada tubuh, saya pikir itu benar tetapi hanya bersifat sementara, seperti mendekatkan tubuhkita pada api, minum wedang jahe, kopi, de el el.
untuk di tulisan saya ini, sangat bertolak belakang dengan anggapan banyak orang. Taukah ikan paus? mereka dijuluki sebagai binatang berdarah dingin, artinya mereka dapat hidup ditempatyang bersuhu tinggi atau rendah, karena mereka dapat mengadaptasi suhu tubuh dengan suhu disekitarnya.
nah… sekarang kita aplikasikan pada diri kita, bukan berarti kita dibuat mirip binatang tetapi ambil sisi positifnya. ini ada hubungannya dengan ilmu konsentrasi atau lebih kerennya lagi “Meditasi” (konsenterasi tingkat tinggi) tapi kita coba dengan cara instan saja. Kita ambil contoh saja begini, pada waktu hujan turun di sore hari apalagi disertai dengan angin yang semilir kita merasa kedinginan, coba deh mandi dulu, pasti gak dingin lagi dengan tujuan menjadikan suhu kita sama dengan sekitar TUL GAK??? Ini membuktikan bahwa jika suhu seseorang sama dengan suhu disekitarnya, maka si emilik tubuh tidak terlalu merasakan suhuyang dirasakannya *meskipun kebenarannya (80%)*.
ini adalah cara yang aneh dan mungkin bagi anda tidak masuk akal. dan sebenarnya tidak terlalu sulit.
Jadi begini:
1. Pada saat anda merasakan kedinginan mulailah berkonsenterasi;
2. Bayangkan diri anda sedang berada di sebuah tepat yang sangat dingin, oh bukan… tapi sangat dingin…!!!, kutub utara, kutub selatan. Atau yang lain, terserah anda!!!
3. Jika didalam pikiran anda sudah ada gambaran dan bayangan tersebut mulailah lebih diperdalam lagi k konsenterasi anda
4. Mulailah menarik nafas dalam – dalam dan keluarkan secara perlahan – lahan
5. Ulangi hal tersebut sampai anda merasa lebih nyaman;
6. Mulailah konsentrasi dan sugestikan bahwa suhu dingin telah merasuk pada diri anda, tingkatkan sedikit demi sedikit sugesti tersebut;
7. Silahkan Nikmati hasilnya…
Mungkin bagi anda tidak masuk akal, tapi pada intinya anda harus ingat kalimat ini:
“SEMUA HAL YANG ANDA RASAKAN BERASAL DARI SUGESTI” artinya, jika anda selalu memikirkan hal yang anda rasakan, maka terjadilah. Satu contoh saja, ada seorang anak yang berada dalam suatu bus yang dalam perjalan. Dia selalu memikirkan bahwa dia akan merasa mual dan muntah (dalam istilah saya “mabuk”), maka terjadilah hal tersebut. Dan sebaliknya, jika dia tidak selalu memikirkan hal tersebut, maka itu tak akan terjadi. Karena apa? Karena isi pikiran otak mempengaruhi rencana kerja pada tubuh kita
sumber : http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com
Dies Natalis Mapala AMIKOM “MAYAPALA” XIV
Dalam rangka Dies natalis Mapala Amikom “MAYAPALA” mengadakan sebuah ajang bagi para Musisi di kalangan MAPALA khususnya, dan misisi Oekes serta Reggae umumnya, MAYAPALA mengadajan sebuah acara Music yang Bertajuk Reggae Dangdut,di acara tersebut di meriahkan oleh Band Reggae : The Marijans, JOgjaming, Jaloer Pitoe,Jarerasta,Satoe Kampoeng.selain itu untuk musisi Orkes di merriahkan oleh : Rendang Jengkol dari Mapala GAPADRI,Orkes Sandal JEpit dari mapala AKPRIND”MAPALISTA”,selain itu juga di meriahkan oleh band yang membawakan tembang-tembang dari iwan yaitu TIKus Got.
Malam itu sungguh ramai, meriah sekali yang di dukung dengan lighting serta sound yang benar-benar dapat mendukung performance para musisi yang ikut serta dalam acara tersebut.band – band orkes tersebut membawakan antara lain lagu hits dari PHB,PMR,serta penyanyi dangdut terkenal seperti roma irama,inul daratista serta lainya,wah,,,benar-benar HOT pokoknya,selain itu selajutnya di Hajar oleh para musisi – musisi Reggae jogja yang membawakan lagu – lagu dari album Bob Marley Hingga Imanez, toni Q, Steven n Coconutres, apalagi Bang Satoe KAmpoeng yang dengan gaya reggae nya membawakan lagu-lagu dari mas Toni-q sungguh band yang asyik kita nikmati.selanjtnya the MARIJANS yang membawakan lagu-lagu dari bob Marley di bawakan dengan format AKUSTIK yang di balut dengan Biola yang membuat bulu Merinding,,,selanjutnya dihajar lagi oleh Jaloer Pitoe yang membawakan 4 lagu yaitu Get Up stan Up dari bob Marley dan dua lagu dari Hits mereka yaitu TETAPLAH BERMIMPI dan DIA,serta satu lagu dari Stevent n coconutrees lagu ciptaan imanezt lagu Santai membuat semua berdansa reggae dan membakar suasana disana,selanjutnya di teruskan oleh JOgjaming yang memebawakan lagu-lagu reggae yang membuat suasana seperti serasa di Jamaica,,,h,,band yang di gawangi Bendol itu sungguh-sungguh membius penonton,dan akhirnya acara tersebut ditutuyp oleh Tikus Got yang membawakan lagu-lagu dari bang iwan Fals,Mantap sekali band satu ini apalagi Biola nya yang begitu lincah memainkan ,salah satunya lagu OEMAR BAKRI,BeNTo dll,
Kecelakaan di gunung, terperosok ke jurang, hypothermia, dan hilang di gunung menjadi topik utama pemberitaan beberapa bulan terakhir. Sebenarnya hal apa saja yang bisa menyebabkan hal tersebut terjadi? Bagaimana menghadapi permasalahan tersebut apabila menimpa diri kita?—Pertanyaan semacam inilah yang sering muncul dari benak para penggiat alam bebas. Pesan yang tersampaikan melalui media itu, hanya memberitahukan kalau mendaki gunung itu berbahaya dan membutuhkan persiapan yang matang. Untuk para pemula, kadang sangat sulit untuk mendekripsikan persiapan seperti apa yang dapat dinilai aman sebagai seorang pendaki gunung. Dengan berbagai kondisi alam yang sangat sulit untuk ditebak.
Dalam beberapa kasus terakhir, yang terjadi dalam waktu yang berdekatan. Sangat hangat sekali terpublikasi ke umum mengenai bahaya dan dampaknya. Mulai dari meninggalnya seorang pendaki saat kegiatan Napak Tilas Soe Hoek Gie di Gunung Semeru. Kemudian, selang beberapa minggu terdengar dua pendaki di gunung Lawu tewas akibat kelelahan dan faktor cuaca buruk. Hingga kasus terakhir yang terjadi yakni tersesatnya 5 pendaki di gunung Ceremai.
Ada dua faktor yang menyebabkan semua hal tersebut terjadi. Faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal, dalam hal ini lebih kepada keadaan medan dan kondisi alam serta cuaca saat pendakian berlangsung. Sedangkan, untuk faktor internal, lebih membahas semua yang berhubungan dengan persiapan dan perencanaan para pendaki.
Persiapan perjalanan meliputi, kesiapan fisik pendaki, perlengkapan pendakian, peralatan pendakian, dan kebutuhan konsumsi selama proses pendakian serta kemampuan akan pemahaman medan pendakian. Persiapan perjalanan atau sebuah perencanaaan yang matang terhadap sebuah perjalanan, menjadi faktor penentu sukses atau tidaknya suatu perjalanan tersebut. Setidaknya kita sudah memegang sebagian keberhasilan sebuah perjalanan. Selebihnya hanya tinggal pelaksanaan dilapangan dengan berbagai kondisi alam.
Inti dari persiapan perjalanan adalah bagaimana kita mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan yang akan kita lakukan nanti. Dengan berbagai kondisi alam yang sangat sering kali berubah dan sulit untuk di tebak. Agar selama kegiatan, kita dapat merasa siap dengan segala kondisi, aman dan merasa nyaman. Sehingga, kita dapat menikmati kegiatan yang akan kita lakukan.
Kami mendaki gunung pada saat yang bersamaan dengan hilangnya pendaki di gunung Ceremai. Bahkan, sebelum kebarangkatan kami sempat mendapatkan kabar dari media massa yang memaparkan tentang kewaspoadaan terhadap gunung-gunung di Jawa. Dikatakan pula, dapat terjadi cuaca yang lebih buruk dari sebelumnya. Hal tersebut, sempat membuat perjalanan kami menjadi gagal.
Padahal kami sudah mempersiapkan perencanaan pendakian gunung Ceremai sejak dua minggu yang lalu. Mulai dari pengumpulan tim pendakian, latihan, plotting peta, rencana konsumsi, rundown kegiatan, riwayat medis tim pendakian, serta peralatan dan perlengkapan pendakian. Kami memutuskan akan tetap melakukan pendakian pada 1 Januari 2010 hingga 3 januari 2010, melewati desa Payung dan berakhir di desa Apuy, kabupaten Majalengka. Rute ini merupakan bukan rute umum yang biasa dibuka pendakian. Rencana kami akan membuka jalur, dalam rangka pembelajaran navigasi bagi anggota baru Mapala UI.
Keberangkatan dimulai pada jam 17.30 WIB pada hari kamis 31 Desember 2009. Kami memutuskan untuk menumpangi kereta ekonomi yang melewati stasiun Cirebon. Dengan alasan, untuk menghindari kemacetan akibat pesta pergantian Tahun nanti malam. Dua hari sebelumnya, kami sudah mengutus tim pendahulu, untuk mengurus perizinan turun di desa Apuy, sekaligus bertugas menjemput tim besar besok pagi di Terminal Rajagaluh.
Kami tiba di staiun Cirebon pukul 02.00 dinihari. Kemudian, kami lanjutkan dengan mencarter mobil angkot langsung ke terminal Rajagaluh seharga 85 ribu. Di terminal Rajagaluh, sudah menunggu dua orang rekan kami Gigih dan Bang Lelon (61 th) salah satu pendaki yang paling tua diantara kami. Perjalanan yang cukup melelahkan, kami pun harus rela berhimpit-himpitan dengan ransel besar-besar di dalam angkot.
Ransel besar kami pindahkan ke mobil colt, yang sudah kami carter hingga desa terakhir di desa Saderehe. Untuk mencapai lokasi entry point, hany dapat di lalui dengan mencarter karena tidak adanya angkutan umum kesana. Mobil colt tersebut, sudah terbiasa lalu lalng hingga ke batas hutan dengan daerah perkebunan. Jalan menuju desa Sadarehe sangat tidak bersahabat, kondisi jalan banyak berlubang. Namun, begitu menyenangkan melihat kondisi perkebunan di pagi hari.
Kami tiba di desa terakhir pukul 06.00 pagi, kemudian kami lanjutkan dengan berjalan kaki menuju warung terakhir di desa Sadarehe. Sebenarnya dari desa Sadarehe terdapat jalur pendakian yang sudah terbuka lebar. Namun, jarang sekali yang mendaki melalui jalur tersebut. Jalur resmi pendakian menuju puncak Ceremai, hanya dapat dilalui oleh jalur Palutungan di Kuningan, Jalur Apuy di desa Apuy, dan Jalur linggar Jati di Cirebon.
Dari warung tersebut, kami harus berjalan sekitar satu kilometer untuk sampai ke entry point jalur pendakian yang sudah kami plot di peta. Tepatnya pada koordinat 06°51’07.9” LS, 108°23’21.8” BT dengan ketinggian 1200 mdpl. Untuk dapat melakukan pendakian dengan buka jalur, kami pun harus mempersiapkan perlengkapan pendukung navigasi. Selain, peta dan kompas kami pun mempersiapkan GPS (Global Positioning Systems).
Setelah sarapan pagi, kami memulai pendakian. Dari warung mengarah ke entry point dengan arah kompas 110 – 120 derajat. Sekitar setengah jam berjalan kaki. Kami melewati perkebunan sayuran, dan harus menyebrang sungai kecil. Hingga kami bertemu dengan sungai selanjutnya. Kami menanyakan kepada penduduk, bahwa itu sungai Ciwaringin, sangat sesuai dengan tanda alam yang tertera di dalam peta Bakorsurtanal dan peta Dittop TNI AD yang kami bawa. Kami memastikan posisi kami dengan menggunakan GPS, dan ternyata kami berada tepat pada entry point kami.
Setelah orientasi medan dan benar-benar yakin kami berada pada pisisi yang benar. Kami mengarahkan kompas kami ke arah punggungan jalur yang sudah kami plot. Pada arah kompas 170 – 180 derajat, dan sangat terlihat arah punggungan mengarah ke puncak Ceremai sama dengan yang tertera pada peta.
Jalur di depan kami sangat rapat dengan semak belukar. Sepertinya, memang belum pernah dilewati oleh pendaki maupun penduduk yang mencari kayu. Kami membuka jalur dengan usaha yang keras untuk dapat menembus jalur tersebut, dan mencapai target kami hari ini pada ketinggian 2300 mdpl. Pembagian tugas pun dilakukan, tim dibagi menjadi tiga yakni tim leader, tim middle, dan tim sweaper. Hal ini kami lakukan, agar terdapat kejelasan pembagian tugas serta mempermudah untuk pergantian tugas membuka jalur yang cukup mengurus tenaga nantinya. Setiap jam, posisi tersebut akan berubah.
Menurut informasi yang kami dapatkan dari penduduk, dalam beberapa minggu terakhir sering kali turun hujan. Istilah yang kami dapatkan dari mereka Dukcur (Beduk ngucur). Jadi, setelah jam beduk adzan djuhur sudah dapat dipastikan akan turun hujan. Kami sudah mengantisipasi hal tersebut, agar perjalanan kami tidak terhambat karena hujan. Kami sudah mempersiapkan jas hujan dan payung.
Hari ini target kami tidak tercapai, ternyata medan yang kami lalui begitu rapat dengan semak belukar. Sehingga memperlambat pergerakan. Altimeter menunjukan 1920 mdpl, di tempat camp pertama kami atau pada koordinat 06°52’11.7” LS, 108°23’48.9” BT. Berarti, banyak PR yang harus kami selesaikan esok hari. Jalur yang sudah kami buka ternyata bertemu dengan jalur pendakian yang sudah terbuka dengan lebar. Hal ini sangat membantu kami, hingga kami dapat mencapai ketinggian tersebut.
Keesokan harinya, kami mulai berangkat pukul 10.00 WIB. Pembagian tim sama seperti yang telah kami lakukan kemarin. Pendakian hari ini akan lebih mudah dibanding yang kemaren, karena jalur pendakian sudah terlihat jelas. Kendalanya tentu berbeda juga, kali ini kendali kamiadalah faktor ketinggian. Semakin tinggi kami mendaki, akan semaki rendah tekanan udara yang ada. Sehingga, sedikit mengganggu pernafasan.
Baru beberapa menit berjalan, langit sudah mulai mendung. Semua anggota tim pendakian mengeluarkan jas hujan dan payung. Perjalanan akan kami terus lanjutkan hingga target kami tercapai. Semakin tinggi jalur yang kami lwati, bentuk dan jenis pohon yang ada pun terlihat bedanya. Pohon-pohon sudah meulai berlumut, dan tingginya pun tidak melebih dari 5 meter. Artinya kami semakin mendekati puncak. Altimeter menunjukan pada ketinggian 2700 mdpl, saat kami makan siang pada pukul 14.00 WIB.
Perjalanan kami lanjutkan kembali. Kami semaki mendekati puncak, sudah tercium bau belerang. Pertanda sudah dekat dengan kawah gunung Ceremai. Pada pukul 17.30 kami sampai di puncak utara gunung Ceremai, yakni puncak Sunan Mataram pada ketinggian 3058 mdpl. Kemudian, kami mendirikan tempat camp tidak jauh dari puncak tersebut. Untuk menghindari terpaan angin kencang, dan ancaman gas H2S. Kami sangat waspada terhadap kedua hal tersebut, tidak sedikit kematian di gunung karena hal tersebut.
Kami harus segera bergerak, dan target adalah akan pulang pada hari ini. Kami harus melipiri bibir kawah, untuk mencapai puncak titik triangulasi pada ketinggian 3078 mdpl. Posisinya pada arah 230 -240 derajat dari posisi camp kami atau puncak mataram. Rupanya Tuhan sangat mendukung kami. Pagi ini kami diberi cuaca yang sangat cerah. Langit terlihat sangat biru. Pandangan kami sangat luas dan tak terhalang oleh kabut seperti hari sebelumnya. Pemandangan yang sangat luar biasa ketika berada di puncak. Saya jadi teringat kata-kata dari seorang pujangga Khalil Ghibran, yang berisikan “ketika kita berada pada puncak tertinggi, kita akan merindukan suasana dataran di bawah sana”.
Kami hanya sebentar di puncak Ceremai, pemandangan yang kami dapatkan cukup membalaskan jerih payah dan usaha kami kemarin selama pendakian. Dan kami harus pulang.
Kami menuruni punggungan yang mengarah pada 270 – 280 derajat pada kompas. Arah ini mengarah ke desa Apuy. Secara perlahan kami menuruni punggungan yang hampir serupa dan sempat membingungkan. Semakin menjauhi puncak, muncul keanehan. Jalur yang kami lalui semakin rapat dengan semak belukar. Setelah kami cek GPS, ternyata benar kami terbanting ke punggungan sebelah ploting jalur sebenarnya. Untuk balik lagi ke atas puncak, sudah terlewat jauh. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan penurunan punggungan tersebut. Dengan harapan punggungan tersebut berakhir ke desa Apuy juga sama seperti jalur ploting kami di peta.
Namun, keputusan kami saat itu tidak tepat. Jalur yang kami lewati semaki lebat dengan semak belukar, dan juga lengkap dengan duri. Putus harapan kami untuk sampai ke desa hari ini. Waktu sudah menunjukan pukul 17.00 WIB, dan kami masih jauh dari batas hutang dengan perkebunan. Masih skeitar 2.5 km lagi jika kita melihat di peta. Artinya, kami harus bermalam kembali di hutan.
Keadaan geografi di gunung Ceremai memang sangat rumit. Dibutuhkan navigasi yang advance untuk dapat melewatinya. Meleset sedikit arah kompas, dapat berujung apda jurang. Banyak sekali kita temukan lekukan punggungan kecil di dalam peta, dan itu akan menjebak kita. Tidak heran, banyak kasus orang hilang di daerah ini.
Hal tersebut benar adanya. Kami terhadang oleh punggungan yang berakhir pada jurang. Kami terpaksa menuruni jurang tersebut. Dengan tangan dan kaki penuh luka sobek akibat semak-semak berduri. Jarak yang kami tempuh pun sangat tidak significant dan jauh dari harapan. Dalam waktu setengah hari kami hanya mampu menempuh sepertiga jalur turun. Kami terpaksa flying camp dan bermalam di tengah hutan.
Untuk kegiatan pendakian seperti ini, sangat dibutuhakan persiapan yang baik. Tidak ada yang dapat menebak, segala sesuatu yang terjadi di alam. Sama seperti halnya kami, yang terbanting pada punggungan yang salah. Terpaksa kami harus menambah hari. Untung saja kami membawa perbekalan lebih untuk satu hari kedepan.
Perjalanan kami lanjutkan keesokan harinya. Kami harus dengan cepat keluar dari hutan. Menurut perkiraan kami, untuk sampai ke desa yang berjarak 2.5 membutuhkan waktu 2 sampai 3 jam. Suara kendaraan dari arah desa sudah terdengar sejak tadi malam. Sepertinya jaraknya tidak terlalu jauh.
Kondisi medan tidak jauh beda dengan sebelumnya. Semak belukar berduri menjadi penghambat utama kami dalam membuka jalur. Dibutuhkan pula akurasi arah kompas, untuk menghindari kami terbanting lagi. Ternyata hal tersebut terjadi lagi, sangat tipis akurasinya hanya berbeda 250 derajat dengan 260 derajat. Ini sangat fatal sekali. Perjalanan kami benar-benar berujung pada jurang dalam, yang sangat sulit dituruni, bisa-bisa kami terjebak dan akan terlambat lebih parah lagi.
Sebelumnya, kami menemukan selang air yang kemungkinan pasti mengantarkan kami ke desa. Akhirnya, kami kembali ke posisi selang tersebut yang jaraknya tidak terlalu jauh dari ujung jurang yang kami lewati. Selang tersebut, harus menyebrangi lembah yang tidka terlalu dalam. Pikir kami sebelumnya, kami tidak ingin menyebrangi selang tersebut, karen akemungkinan punggungan kami benar. Namun, mau tidak mau pilihan terbaik adalah menyebrangi sungai dan mengikuti jalur selang air.
Harapan kami ternyata benar. Selang air tersebut, memang mengantarkan kami ke pedesaan. Selang tersebut merupakan sumber air penduduk yang di ambil dari sumber mata air pegunungan. Sebuah perjalanan yang begitu menegangkan. Ternyata memang benar, sebuah persiapan yang baik merupakan kunci sukses sebuah perjalanan. Setidaknya, kita akan siap dengan segala kondisi apapun. Suatu kenikmatan yang tidak dapat dirasakan oleh semua orang, ketika kita berhasil melewatkan sebuah permasalahan yang rumit.
Penulis: Jamaludin
Fotografer: Prihandoko
Tim Pendakian: Bang Lelon, Rizki Apriono (tumpeng), Annisa Rahmania, Fituri, Hizkia, Ira, Ade Lontong, Gigih, Yoyo, Yudhi, Restu, Florentinus
Sebagai wujud nyata dalam rangka pelestarian lingkungan hidup dan peran pencegahan pemanasan global, Anggota Gerakan Pramuka dan Ikatan Keluarga Alumni Pramuka SMK Negeri 1 Batang yang bekerja sama dengan Oemah Tani Kabupaten Batang, Minggu / 28 Maret 2010 menyelenggarakan kegiatan aksi tanam 1.000 pohon di lahan kritis Desa Tumbrep Kecamatan Bandar Kabupaten Batang. Penyelenggaraan kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan bhakti sosial yang telah diprogramkan oleh Dewan Penegak Gerpram SMK N 1 Batang.
Kegiatan Aksi Tanam 1.000 pohon dibuka oleh Pembina Pramuka SMK Negeri 1 Batang, Bapak Indriyo Raharjo, S.Pd secara simbolis dengan menyerahan bibit pohon sengon merah kepada Bapak Tahroni, selaku ketua Oemah Tani dalam acara pembukaan di Lapangan Desa Tumbrep yang disaksikan oleh seluruh peserta kegiatan termasuk para petani. Dalam sambutannya, pembina pramuka menyampaikan bahwa kegiatan tanam 1.000 pohon merupakan wujud komitmen anggota garakan pramuka dalam mencintai alam dan lingkungan hidup serta wujud kepedulian terhadap kelestarian alam untuk masa yang akan datang, selain itu kegiatan ini diharapkan mampu memberikan pendidikan bagi anggota pramuka untuk belajar menanam, mencintai lingkungan hidup dan menghargai jerih payah para petani yang tetap solid untuk mengolah lahan hutan dan menjaga hutan dari kegundulan, sehingga mampu mengurangi bahaya banjir dan longsor di Kabupaten Batang.
Setelah acara pembukaan, dilanjutkan dengan penyuluhan cara menanam pohon yang baik oleh Bapak Suyitno. Dalam kesempatan tersebut selain menerangkan bagaimana cara menanam, mengolah tanah, merawat tanaman dari hama juga dipraktekan proses menanam bibit pohon ke dalam lubang. Pembina Pramuka pun ikut serta turun mencangkul lahan dan menanam bibit pohon Durian, dalam kesempatan itu pembina ingin memberikan contoh yang baik bagaimanapun anggota pramuka harus tetap solid terhadap jerih payah seorang petani dalam mempertahankan kelestarian lahan kritis ini.
Antusias aksi tanam 1.000 pohon itu juga terlihat dari anggota pramuka dan para Alumni pramuka yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Alumni (Ikada Dikari) yang dengan cermat mempraktekan apa yang telah disampaikan oleh penyuluh. Selian itu, mereka juga dibantu oleh para petani yang siap sedianya membantu memberikan pencerahan bagaiman cara membuat lobang, menanam bibit sampai dengan proses perawatan. Jenis pohon yang ditanam pada kegiatan ini antara lain terdiri dari bibit pohon sengon dan bibit pohon buah yang meliputi bibit Durian, bibit Mangga, bibit rambutan dan juga bibit pohon pisang yang ditanam sebagai tanaman yang cepat berbuah sehingga cepat dipanen bagi petani.
Kegiatan aksi tanam 1.000 pohon tersebut ditutup dengan acara saresehan di base camp Oemah Tani sebagai tempat Advokasi, Konsulting dan Trainning Petani Kabupaten Batang. Dari kegiatan ini diharapkan tumbuhnya jiwa dan rasa kepedulian pada generasi muda (pramuka) untuk mencintai lingkungan, alam dan hutan serta menjaga kelestariannya demi kehidupan yang akan datang menghadapi isu pemanasan global.